Selasa, 09 Januari 2018

THE LUXURY OF 27

Tahun ini kayaknya jadi tahun terakhir gue memampangkan usia gue di resolusi awal tahun. Gak nyangka kali, ternyata daku sudah se-(tua)-dewasa ini. Ya ampuuun. Time flies so fast yaa.. Hahahahahhaa. Pantesan belakangan ini kalo makan di cafe, waitres-nya kalo ngasi menu suka bilang, “pesan apa, Bu?” Hahahhahaaattsyiiim. *Lirik kanan kiri, benerin sikap. Ketawanya kelebaran.*

Kemarin pas di 1 Januari, tepatnya dimana postingan ini harusnya di-publish, aku sempat mikir mau bikin judul ‘The Glory Of 27’, tapi setelah ditimbang2, dan dipikir2, kayaknya judul itu terlalu dini untuk ditelurkan. Soalnya maknanya berat syekali. Jadi terpilihlah judul ini. Emang semewah apa sih? dibaca yak. Jangan berekspektasi terlalu tinggi. Aku sulit ditebak. Ingat kawan, hati perempuan sedalam mutiara di dasar lautan. :v

27.

Jeng. Jeng. Jeng jeng. *pake aplikasi dramatis di instagram*

Ini tahun paling mewah yang pernah ada dalam perayaan tahun baru versi aku. Paling mewah dan paling realistis, tepatnya.

Realistis
Jadi di tahun2 lalu, dan memang biasanya seperti itu, aku bakal tiup lilin dari beberapa tart yang berbeda, dan menerima beberapa kado dari orang yang berbeda2 pula. Biasanya malam tahun baru dihabiskan dengan nonton acara pergantian tahun di TV, atau jalan2 keluar lihat kembang api. Biasanya sih seperti itu. Pokoknya malam tahun baru itu spesial banget buat-ku yang notabene-nya gak cuma ngerayain tahun baru, tapi juga usia baru.

Tapi tahun ini,  berbeda. Mungkin disinilah letak realistis itu. Aku menghabiskan 31 Desember 2017 di rumah, tanpa sedikitpun tertarik buat nonton TV, apalagi keluar lihat kembang api. Aku sudah meluk guling jam setengah 10 malam, dan  nunggu ngantuk sambil main hp. Abis itu ketiduran, dan kemudian terbangun kembali dengan dering Hp. Bukan karena kembang api. Wkwkwk.

Habis nerima tepon dan mendengar doa2 panjang untuk hari ulang tahun-ku, terus nerima video pesta kembang api dan ucapan selamat ulang tahun juga masih dari orang yang sama, aku tidur lagi. Gak tertarik buat keluar atau minimal melongokkan kepala ke teras rumah demi melihat pesta kembang api yang bisingnya luar biasa itu. Pokoknya malam tahun baru-ku di 2018 ini amat sangat biasa. Gak ada bedanya dengan malam2 yang lain. Aku juga gak tau kenapa. -_-

Besok paginya, pas ngecek Hp, udah nemu puisi ucapan selamat ulang tahun lagi. Masih dari orang yang sama. Hehehe. Trus nerima tepon lagi, nanya kepingin jalan2 kemana. Doi tau banget aku cinta pantai dan langsung nawarin jalan ke pantai pas aku bingung mau kemana.

“Ke Pantai Bali kita?”

Tapi itulah ya. Aku kurang begitu excited sama tahun baru kali ini. Padahal tahun lalu seminggu sebelum hari H udah mempersiapkan plan A dan plan B buat menghabiskan 1 Januari di pantai. Kok tahun ini jadi males ya?

Disinilah aku merasa aku mulai lebih realistis. Aku memang suka pantai, tapi dengan segala pertimbangan, aku memilih untuk gak usah ke pantai deh h
ari ini. Pertimbangannya adalah, pantainya pasti sumpek, susah buat foto2. Terus badan masih lelah karena kemaren abis jalan2 ke Funland Mickie Holiday. *Mana tiketnya lagi melonjak banget pulak. Ehh, curcol.* Terus mikir perjalanan pulang pasti macet, soalnya tanggal 2 Januari anak2 udah masuk sekolah. Terus, rasanya semangat di jiwa sudah full charge. Udah nge-camp di Air Terjun Sampuran Putih, soalnya. Jadi rasanya kok mubazir ya kalo hari ini dipake buat jalan ke pantai lagi?

Finally, kita cuman beli kado yang mana kadonya itu adalah benda yang aku suka dan memang aku yang pilih. Hahahaha. Ini bukti ke-realistisan-ku yang kedua. Hahahha. Soalnya kemaren pernah kejadian dibeliin kado, tapi kurang pas, jadinya jarang dipake. Abis itu nolak buat beli tart, karena lagi gak pengen makan tart. Pertimbangannya, kalo beli tart, pasti dibeliin yang gede. Mahal, geng. Sayang aja uangnya. Mubazir. Sementara kan kita gak pengen2 amat makan tart. Enakan juga bebek penyet. Wkwkwkwkwk. Yaudah, kita makan bebek penyet sama belut. Ahhaha.. Enyaaakkk.. :D

Jadi tahun baru dan usia baru-ku kali ini adalah perayaan atau peringatan yang paling mewah menurutku. Kok mewah? Gak pake tart, gak pake jalan2, kok mewah? Karena realistis itu lebih mewah dari sekedar tiup lilin.

Jujur saja, menurutku yang mulai realistis ini, tart setiap ulang tahun itu hanya simbolis saja. Kadang2 abis tiup lilin, kuenya dipake buat cowel2. Terus dibagi2in ke temen2 deh. Sekarang ini rasanya kok jadi mubazir ya? *Apa karena aku sudah merasakan lelahnya cari duit? Padahal mah judulnya dibeliin.* Aku mikir, kalo mau bagi2 rezeky, mendingan kasih ke yang memang benar2 membutuhkan. Temen2 kita itu gak butuh makan tart kita. Mereka bisa beli sendiri kalo mereka mau. Mereka makan, karena kita kasih. Thats all.

Jadi, aku memutuskan untuk gak usah beli tart, diganti dengan bebek penyet sama belut itu udah tepat banget. Memilih sendiri kado untukku juga udah tepat banget. Menunda waktu untuk jalan ke pantai udah tepat banget. Bahkan mamaku yang gak nanyak2 mau apa, tetiba datang bawa serenteng anggur juga udah tepat banget.

“Ini kado ulang tahun,” kata mamak sambil menyodorkan anggur merah. Wkwkwkwk.

Ini sudah tepat.

Walopun ada pertanyaan, “tahun lalu kita rayain di pantai Romance Bay loh. Masak tahun ini kita gak kemana2? Harusnya malah tahun ini lebih istimewa. Harus ada peningkatan dari tahun lalu.”

Iya sih. Ada benarnya. Tapi menjadi cewek realistis macem aku ni juga udah istimewa loh. Kalo masih congok kek dulu, mungkin aku udah langsung mau diajakin ke Pantai Bali walopun masih capek. Nerima aja dibeliin tart walopun gak kepingin makan tart. Iya, cuma biar bisa tiup lilin di atas tart aja. Terus, gak mau bilang mau kado apa. Tapi sekalinya dikasi, kalopun gak pas, ya harus terima. Salah sendiri, gak mau milih langsung. Hahahahhaha.

Makanya walopun di 27 ini aku gak tiup lilin, aku merasa sudah sangat istimewa. 27-ku ini mewah. Aku menjadi perempuan realistis dengan pemikiran yang matang. *Hueekk.

Menjadi tua itu pasti, tapi menjadi dewasa itu pilihan. Dan aku memilih men-dewasa, dan bijaksana. Karena aku tahu, untuk mendampingimu, gak cukup kalo cuma dengan modal (c)antik doang. *Hasseekkk* *Hueeekkk*

***

Resolusi 2018

Ngomong2 soal tahun baru, ada yang kurang rasanya kalo belum bikin resolusi. Seperti tahun2 sebelumnya, aku selalu bikin target apa aja yang harus dicapai selama satu tahun ke depan. Jadi untuk 2018 yang mewah, ini resolusiku.

Pertama. Menjadi hamba yang lebih taat. Sholat di awal waktu. Tidak lagi menunda2. Istiqomah menghapal. Puasa sunnah minimal 3 kali dalam satu bulan. Dan berusaha untuk rajin mengerjakan sholat dhuha. Semoga Allah teguhkan hati ini. Aamiin.

Kedua. Menikah. *Kalo dulu masih malu2 bikin resolusi menikah, tahun ini mulai blak2an. Udah kepengen gendong baby soalnya. Wkwkwkwk* Aku gak mau lagi sibuk mencari yang sempurna, karena tiap kali nyari yang sempurna, selalu berakhir kecewa. Gimana nggak kecewa, kita ekspektasi tinggi mulu, tapi gak menyadari bahwa kita pun banyak kurangnya. Padahal harusnya gak serumit ini seandainya ingat sama pesannya eyang Habibie. “Tidak perlu mencari yang sempurna. Cukup temukan seseorang yang membuatmu merasa lebih berarti dari apapun.”

Aku jadi teringat tulisan Muallim Irhas, seniorku di LPM Dinamika UIN SU, dulu. Dia pernah nulis, perempuan yang menunggu jodoh itu ibarat sedang menunggu angkot pas mau berangkat ngampus. Lima menit menunggu, datang angkot yang jalannya pelan. Gak di stop. Takut telat. Sepuluh menit kemudian, datang angkot yang agak cepat, tapi penumpangnya rame. Gak di stop. Malas sempit2an. Lima belas menit kemudian, datang lagi angkot ketiga. Jalannya cepat, penumpangnya gak banyak, tapi angkotnya jelek. Butut. Gak di stop lagi. Mau cari yang bagus aja. Berselang dua puluh menit kemudian, datang lagi angkot ke empat. Cepat, lapang, bagus. Pas di stop, angkotnya gak berhenti. Gak tau kenapa. Sambil ngedumel, si cewek nunggu lagi. Setengah jam kemudian, saat kaki udah pegel, dan waktu udah mepet, lewatlah satu angkot lagi. Lambat, padat, butut. Mau tak mau, suka tak suka, angkot tadi pun di stop.

Ekspektasi si cewek, karena dia keluar dari rumah lebih cepat, dia akan bisa menumpang angkot yang jalannya cepat, tidak terlalu padat, dan bagus. Tapi sekian menit nunggu gak ketemu2. Nah sekalinya ketemu, si angkot gak mau di stop. Ini bisa jadi analogi, orang yang dimata kita sempurna, dan kita anggap sepadan dan cocok untuk mendampingi kita, belum tentu berpendapat sama. Bisa jadi dia merasa dia terlalu sempurna untuk kita yang biasa2 saja. Nah, karena usia yang sudah merambat banyak, jadinya kita gak bisa lagi memilih yang ada di kriteria kita. Kita melewatkan mereka yang tadinya harusnya bisa memenuhi beberapa poin dari kriteria kita. Jadilah pada akhirnya si cewek menumpang angkot yang jalannya lambat, isinya padat, dan tampilannya butut. Tak lagi bisa memilih.

Ketika kita menolak lamaran seorang lelaki yang baik. Baik agamanya, baik perangainya. Maka itu sama artinya dengan menolak rezeky. Aku gak mau lagi nolak rezeky. Nanti Allah marah. Jadi, walaopun nama abang bukan Rezeky, tapi gak bakal ditolak kok. Hahahahhaha. *Curhat lagii*

Ketiga. Jadi dosen. Aku kepingin punya pengalaman mendidik mahasiswa. Selain itu, mamak bolak balik nanyak, kapan jadi dosen. Jadi terbeban awak. -_-“

Keempat. Tahun baru 2019, pengen ke Sabang. Honeymoon. Wkwkwkwwkkw.

Kelima. 2018 no sarkasme. Tahun ini harus bijaksana menempatkan bahasa. Gak lagi menyinggung perasaan orang lain. No ghibah. No fitnah. Berusaha menarik diri dari obrolan tak berfaedah.

Keenam. Eksis nge-blog lagi. Satu bulan minimal 3 postingan.

Ketujuh. Pengen langsing. Efek liburan, makannya sehat banget, istirahatnya cukup banget, refreshingnya seru banget, badan jadi melebar semena2. Jadi 2018 punya target untuk mengembalikan berat badan seperti semula. Kembali ke 49 kilo. Mudah2an terlaksana. Mudah2an gak diajakin makan bebek penyet lagi. Mudah2an bisa nahan selera makan bakso. Aamiin.

Itu aja deh resolusinya. Sedikit, tapi terlaksana lebih baik daripada banyak tapi cuman teori saja. Hehehe.


Semoga resolusi kita semua tercapai dengan baik di tahun 2018 ini yaa.. Aamiin.. Semangat untuk kita semuaa.. :D

Rabu, 03 Januari 2018

RESENSI JUMANJI : WELCOME TO THE JUNGLE


Pilem Lawak2 Babang The Rock

Liburan kali ini si traveller baper banyak main ke mall. Seminggu ini nonton udah dua film. What the funny! Hahahaa. Kemaren nonton Ayat Ayat Cinta 2 dan kali ini tergoda mau nonton Jumanji. Kenapa pengen nonton? Karena pas tayang di TV, ini film udah cukup bikin melongo. Jadi pas tayang di XXI ya langsung kepo gimana filmnya. Dan taraaa.. karena waktu itu belum gajian, jadiah kita nonton ke XXI Suzuya Marelan Plaza. Hehe. Cuman 35rebu, gaes.. Biasanya kalo nonton kan 50rebu, mayan, sisanya bisa dipake jajan. Wkwkwkwk. Udah keliatan calon mamak2nya ya.. :v

XXI SMP ini lumayan bagus kok, gak kalah sama XXI di mall lain. Cuman ya itu, isinya banyak bocah. Kalo ketemu sama siswa awak kan lucu jugak. Hahahhaa. Makanya ini bisa jadi alternatif kalo ada film bagus, tapi tanggalnya lagi tua banget.

Jadi kita kembali ke Jumanji. Setting awalnya adalah ketika Fridge, pemain basket sedang lari di pantai, dan menemukan papan permainan Jumanji. Karena main papan permainan adalah kerjaannya anak zaman old, Jumanji menawarkan permainan baru versi video game. Biar kekinian. :v

Aku gak begitu kenal dan hapal aktor dan aktris Hollywood, tapi film ini jadi sangat keren karena ada si babang ganteng The Rock. Hehe. Terselamatkanlah. Kalo pemeran yang lain, aku gak kenal. Gak terlalu familiar memang sama artis2 luar. Maklum, daku kelewat cinta Indonesia. :v

Jadi diceritakan ada empat remaja yang biasa banget kehidupannya. Gak menarik2 amat sih, yang satu namanya Spencer, si gamer dan kutu buku, terus ada Fridge, teman kecilnya Spencer yang pemain basket, terus ada juga Bethany, cewek cantik yang gak bisa jauh dari Hp dan lagi galau gegara diputusin pacarnya, dan yang terakhir ada Martha, cewek pemalu yang gak menarik banget. Wkwkwk.


Kehidupan mereka yang flat banget itu jadi seru setelah mereka tetiba ada di Jumanji.  Yap, welcome to the jungle.

Mereka berempat dihukum membersihkan gudang dan membukan hekter dari buku2 bekas yang akan dijual. Kemudian gak sengaja Fridge menemukan video game, semacam PS-lah mungkin itu. Trus dicobain sama Spencer. Mainnya sama kayak main video game biasa. Ada empat stik, dan mereka berempat bermain. Setelah memilih avatar, taraaa.. mereka ada di Jumanji.

Spencer berubah menjadi babang ganteng The Rock, yang dalam film ini berperan sebagai Dr. Bravestone, Fridge berubah menjadi Moose Finbar, seorang zoologist yang cerewet tapi lucuk, Bethany terjebak dalam tubuh pria paruh baya, Prof. Sheldon Oberon. Makanya si Prof ini jadi kemayu banget, maklum, yang masuk ke tubuhnya cewek. Dan ini lucuk. Hahahah. Terus yang terakhir ada Martha, si cewek pemalu yang gak menarik itu berubah menjadi Ruby, cewek cantik, seksi, dan perutnya rata. :D


Masing2 mereka punya 3 nyawa. Gak tau sih kalo nyawanya abis bakal mati beneran atau gimana. Soalnya belum kejadian. Ceritanya mereka harus berjuang mencari sebuah batu permata warna hijau yang merupakan mata-nya Jumanji. Jumanji itu ternyata adalah patung singa raksasa yang katanya mengawasi seluruh wilayahnya yang juga disebut Jumanji. Paling nggak itulah jalan cerita yang kutangkap. Nah jadi dengan kemampuan masing2, mereka bekerja sama untuk mengembalikan batu permata itu ke tempatnya semula.

Film ini lucu abis. Jalan ceritanya juga santai banget. Bisa dinikmati semua umur. Pas banget di lounching di penghujung Desember dimana anak2 pada libur sekolah. Ini film bagus banget buat ditonton bareng keluarga. Sama sekali gak ada yang harus dikhawatirkan. Sensornya bagus banget. Biasanya kan kalo film Hollywood itu suka ada adegan kissing ya. Nah di film ini adegan itu disensor dengan sangat halus. Ini salah satu keunggulan film ini menurutku. Ya secara pangsa pasarnya usia 13 tahun ke atas. Usia anak cekolah, gaes.

Eh, jadi teringat beberapa scene yang kalo diingat bikin nyengir sendiri deh. Jadi ceritanya kan Bethany masuk ke dalam tubuh Prof. Sheldon, jadi ceritanya setelah melewati beberapa petualangan, si Prof ini kebelet pipis. Si Bethany yang notabenenya cewek bingung dong gimana caranya pipis pake tubuh laki2. Scene dia belajar pipis itu lucuuukk. Hahahhahahahaa. “Ada pegangannya,” katanya. Ini sumfeh, tekekeh sendiri kalo ingat.

Trus ada lagi yang lucu, pas Ruby berusaha merayu tentara jahat Jumanji. Di dalam tubuh Ruby adlaah Martha, si cewek pemalu dan gak gak pernah merayu laki2. Adegan pas Prof. Sheldon alias Bethany ngajarin Ruby itu lucu kali, we.. Hahahaha. Ekspresi Ruby, cara jalannya, cara mengibaskan rambutnya. Hahahahhahaa. Terhibur.. terhibur..

Scene favorit aku adalah ketika babang The Rock menatap dengan tatapan sparkling. Kayak membara2 gimanaa gitu. Ahahahahha. Trsu badannya itu loh, gaes. Otot disana sini. Kece badaii.. wkwkwkwk.. satu lagi, karakter dia yang macho amblas habis di film ini. Disini dia jadi cowok kekar yang menggemashkan. Bener2 bikin gemash!

Aku gak terlalu punya gambaran yang gimana2 banget tentang film ini. Buat aku Jumanji yang tayang di TV sama yang tayang di XXI sama2 seru, sama2 lucu. Aku gak kecewa sama film ini walopun mereka gak pake papan permainan yang legend itu. Gak masalah sih kalo mereka menggantinya dengan video game biar sesuai sama kids zaman now yang jadi penikmat film ini.


Film ini cukup menghibur. Lucunya dapet, serunya dapet, kita nontonnya santai deh pokoknya. Lumayan lama gak ketawa lepas pas nonton film. Kayaknya terkahir ketawa tekekeh banget pas nonton Single-nya Raditya Dika, atau pas nonton Cek Toko Sebelah-nya Ernest. Aku lupa.

Etapi, abis ketawa2 gitu, kita hampir pesan tiket buat nonton Susah Sinyal, loh. Wkwkwkwkwk. Untung aku bosen nonton, kalo gak mungkin semua film yang lagi tayang ditonton semua. Hahahahaha.

Yaahh, liburan kali ini emang kurang greget, gaes. Ngakunya sih traveller, tapi mainnya ke mall. Gimanaa gitu yaa. Takut jugak aku nanti hastag instagramku jadi #travellermall. Gak betol jugak ni. Seminggu udah dua kali ngeresensi. -_-“


Okelah, sampek ketemu di blogpost selanjutnya. Semoga nanti mosting “My Journey” lagi. T_T

Selasa, 02 Januari 2018

MY JOURNEY – AIR TERJUN SAMPURAN PUTIH SIBOLANGIT

Penghujung Desember selalu jadi moment terbaek buat jalan2. Walaupun cuacanya suka labil, bentar panas, bentar hujan, bentar kangen, #eh tapi emang momentnya pas. Soalnya kerjaan satu semester udah terlewati, dan jalan2nya dianggap sebagai reward atas hasil kerja satu semester kemarin. Kalo kata dosenku, reward dan punishment itu gak cuman berlaku di instansi atau organisasi, tapi juga harus bisa diterapkan pada diri sendiri. Makanya setelah berhasil melakukan sesuatu kenapa nggak kita mengapresiasi diri kita sendiri dengan melakukan hal yang kita suka? Cocok kam rasa? Hehe.



Jadi ceritanya perjalanan kita kali ini adalah ke air terjun Sampuran Putih di Kecamatan Sibolangit. Aku udah beberapa kali lihat fotonya di instagram komunitas pecinta alam. Beberapa kali juga diajakin kesana sama beberapa orang teman, bahkan kemaren udah pernah melewati lokasinya waktu mau ke Pemandian Dua Suhu bareng sama anak ABK. Kemaren kita emang niatnya mau mampir, tapi berhubung udah kesorean, jadilah kita cuman dadah2 aja sama sungainya.

Tapi kalo udah rezeky emang gak kemana ya. Akhirnya kemaren ada trip menuju kesana dan aku join. Gak cuman sekedar jebar jebur, tapi kita nge-camp di tepi sungainya. Apa gak ntap jiwa kalii.. :D

Kita jalan dari Medan sekitar jam 8 pagi lebih kurang mohon maaf. Hehe. Perjalanan kita lumayan lancar, gak ada kemacetan yang berarti. Tapi nyampeknya agak siang, soalnya pake ada drama kesasar dulu. Nyasarnya jauh pulak. Hahahahaa.

Dan pemirsa, mulailah kita memasuki jalanan rasa sirkuit balap yang pernah aku ceritain disini. Jalannya pake batako, gak aspal. Rapi. Bagus banget. Tapi sempit. Jadinya kalo udah ada grobak, ya susah mau motong. Soalnya kanan kirinya rumput. Kita kan takut kalo tanahnya becek, takut kepleset ban kretanya.

Habis jalanan ber-batako, masuklah kita kejalur ekstrim. Jalanan dengan kondisi rusak parah. Jalannya menurun, aspalnya udah berbolongan, batunya besar2. Ampun deh gueee.. =_=

Terus terang aja aku sangsi, gaes. Sampek bilang ke yang bawa motor biar turun aja, jalan kaki sampek ketemu jalan bagus lagi. Tapi kata si pembalap itu, udah santai aja. Banyak doa. Gak apa2 kok. Yang penting yakin. Jadilah daku istighfar terus. Dan finally nyampek. Kalo aja tadi beneran turun, naik betis juga jalan jauh gitu. Hahaha.

Emang heran sih. aku udah pernah melewati jalan itu sebelumnya waktu ke Desa Suah. Kemaren malah jauh lebih ekstrim. Jalan dari simpang sampek ke Sampuran Putih itu masih belum seberapa dibanding jalan menuju Desa Suah, gaes. Yang anak komunitas pasti tau. Kemaren kok malah jadi paranoid gitu ya? Mungkin karena ngerasa beban di ransel berat kali ya? Terus kan aku juga nenteng jajanan yang di dalamnya ada aqua botol 2 liter itu. Makanya ngerasa ngeri sendiri. Yang bawa motor malah santai aja. Berusaha santai lah tepatnya. Soalnya ternyata blio juga ngerasa sangsi gegara aku ragu gitu. Tapi alhamdulillah kita nyampek dengan selamat dan rasa lega yang luar biasa. Padahal baru nyampek parkiran. :v


Tracking dari parkiran menuju lokasi camp di tepi sungai itu sekitar lima belas menit. Jalannya gak pake nanjak. Gak sulit sebenernya untuk dilalui. Tapi mungkin karena udah lelah, dan tentengan berat, makanya jadi agak ngos2an. Eh, curcol dikit, selama ini, kalo tracking ke air terjun atau ke gunung, aku jarang banget bawa beban berat. Pas ke Air Terjun Dua Warna  dan Kolam Abadi Pelaruga malah gak bawa beban sama sekali. Tapi kemaren aku bawa ransel dan tentengan berat, gaes. Melewati jalur tracking (yang namanya jalur tracking walaupun aku bilang jalannya gak pake nanjak dan relatif mudah dilalui, gak ada jalur tracking yang semulus jalan raya, ya gaes) itu dengan tumpuan kaki sendiri. Iya, biasanya emang ada yang nolongin. Kemaren, yang nolongin juga sibuk sama tentengannya. Jadi ya daku dipaksa mandiri. Hahaha. Ternyata aku sanggup loh ya. Ternyata selama ini badannya aja yang manja. Toh ini bisa kok jalan sendiri tanpa bantuan dengan ransel berat dan tentengan berat. Alhamdulillah. I broke the limit. Eaaaa.. :v

Dari tempat kita mendirikan tenda, tampak jelas si molek Air Terjun Sampuran Putih mengalir anggun. Kanan kirinya pepohonan hijau yang lebat. Sungainya lebar dengan bebatuan besar di antaranya. Airnya jernih. Kirain bakal dingin, tapi ternyata hangat. Mungkin ini karena suhu di atas air lebih dingin daripada air itu sendiri kali ya? Pokoknya rasanya hangat deh airnya.

Air terjun Sampuran Putih ini konon katanya punya 7 tingkat. Nah tempat kita ngecamp adalah tingkatan pertama. Kesannya air terjunnya pendek emang, tapi dibawahnya ada pusaran air. Jadi gak bisa ngerasain jatuhannya air terjun itu. Tapi cantik banget, gaes. Beneran. Kamu harus datang kesini, dan eksplore tempat ini. :D

Menu makan kita gak kayak orang kemping. Hahahaha. Kita makan bebek dong yaa.. wkwkwkwk. Ini penting dibahas karena out of the box banget. Kalo kemping identik sama telur, sarden, *ndomie, kita mah kemping makannya bebek gulai. Hahahahaa.. :D

Terus nih, ini kali pertama aku kemping tidur dengan berbalutkan mantel. Alternatif sih, soalnya gak bawa sleeping bag. Tidurnya juga di atas bed angin, pake bantal angin. Hahahaha. Pokoke ntap jiwa. :D Seru syekalii.

Malam itu kita tidur dengan alunan suara alam. Deru air terjun, jangkrik, dan rintik hujan. Sooo romantic. <3 Tadinya aku ngira bakal gak tidur nih. Pasti seru2an bikin api unggun. Etapi ternyata baru jam sembilanan semua udah masuk tenda. Capek apa ngantuk apa kedinginan? Wkwkwkwk.

Paginya daku sibuk teriak, “Wooii, apel wooii.. barisin anak2 woooii.. nanti telat wooii..”

Eh tapi yang diteriakin tetap aja anteng, gak bergeming. Hahahahaha.

Itulah yaa.. Kalo lagi kemping, rasanya enak banget leha2. Terus semua beban, semua masalah, amblas. Kita curhatkan semua uneg2, dan kita hempaskan ke pepohonan dan aliran sungai. Berharap saat kembali ke kota, di hati kita sudah tidak ada ruang untuk rasa kesal, marah, dan sodara2nya. Tidak ada tempat selain untuk rasa bahagia. :D

Anak pecinta alam punya motto “Tuhan bersama orang2 yang berani.” Pada akhirnya, aku menelaah kalimat ini dengan satu pernyataan, “Keragu2an itu punya setan.”

Ini kesimpulan dari perjalanan kita kemaren. Mulai dari melalui jalanan rusak, tracking, sampai ngecamp di tepi sungai. Kalo menuruti rasa gak enak hati, mau rasanya malam itu pulang lagi ke Medan. Mau rasanya beranjak dari tempat itu minimal sampek ke pemukiman warga. Tapi ternyata itu adalah tanda kita gak berani, indikasi kalo kita ragu2. Padahal kita sudah berdoa, sudah berikhtiar, dan harusnya kita bisa menikmati malam dengan damai. Cukup mengharapkan penjagaan dari Allah saja. Makanya, sebelum melakukan perjalan kita harus punya ilmunya. Minimal bisa membaca tanda2 alam. Terus, kalo kemping gitu kita emang gak boleh tidur pulas banget kayak aku kemaren pas di Paropo. Kita harus sensitif sama bunyi atau suara2. Kan soalnya di alam bebas. Kalopun pulas, minimal dalam satu tim itu ada yang terjaga, atau ada tim jaga. Ingat, kita emang harus yakin, tapi itu bukan berarti menurunkan tingkat kewaspadaan kita.

Terus terang kemaren aku sempat paranoid. Gak tau kenapa di kepalaku berkelebatan potongan2 film horror tentang perkemahan. Berlompatan di ingatan bayangan2 tentang alam yang memburuk. Pokoknya sumfeh, daku paranoid. Tapi setelah ditenangkan, diyakinkan, dan kembali meyakinkan diri sendiri dan berserah diri kepada Allah, finally, bisa tidur juga walopun gak nyenyak. Eh memang dipaksa gak boleh nyenyak sih. Haha.

Pokoknya itu dia, gaes. Mencintai alam juga harus dengan ilmu. Jangan kayak anak alay yang katanya pecinta alam, tapi petentengan. *Eh, ngerti gak sih kata “petentengan” ? bahasanya Medan kali ya kan.. :D

Over all, Air terjun Sampuran Putih is amazing. Kamu yang belum pernah kemari perlu dipernahkan-lah minimal sekali. Bermain ke alam bukan hanya sekedar untuk senang2, tapi juga untuk mengukur diri, menaklukkan ego, dan tadabbur. Betapa Allah maha kuasa telah menciptakan alam seindah ini untuk manusia. Yuk bersyukur dengan cara tetap menjaga keasrian dan kelestariannya. Jangan buang sampah sembarangan, yes!


See ya on my next journey J




RESENSI AYAT AYAT CINTA 2

Why Are You So Blind, Fahri? =_=



Setelah di lounching tanggal 21 Desember 2017 kemaren, aku emang excited banget mau nonton ini film. Soalnya ini merupakan pengobat rindu setelah sekitar 10 tahunan lalu Ayat Ayat Cinta menggemparkan perfilman Indonesia dan itu unforgetable banget buat aku pribadi. Film AAC yang lalu entah bagaimana berhasil membuat aku berubah menjadi sosok yang lebih religius. Sosok yang lebih mengedepankan agama dalam hal apapun. Dan lagi, cerita gimana aku nonton AAC itu juga memorable syekaliii. Dulu aku belum nge-blog, jadi belum pernah di share ceritanya. Etapi emang ada yang nanyain yak? Hihihii.. Boleh deh ya diceritain dikit, takut2 makin tua nanti ingatan ini memudar. Maklum gituu, mungkin nanti banyak hal-hal yang lebih memorable lagi buat mengisi kepala. Hahahatsyiim..

Jadi dulu ceritanya aku masih kelas X di salah satu madrasah Aliyah Negeri di Kota Medan. Iya, yang di jalan Pancing itu. :v Waktu itu, di sekolah kami diberlakukan aturan bel apel pagi jam 7.15 WIB, dan toleransi yang terlambat sampai jam  7.30 WIB. Siswa-siswi yang terlambat akan dihukum bersih2 sekolah biar ada efek jera. Tapi mungkin saat itu WKS Kesiswaan kami kesel gegara yang telat adaaaa terus. Jadi dengan berat hati, dia bilang yang telat gak bakal di kasi masuk. Alias disuruh pulang. Dan pemirsa, waktu itu aku apes. Telat. Jadilah aku nongkrong di 3M, warnet apa wartel gitulah di depan sekolah. Secara kan kalo pulang pasti dimarahin mamak. Hahahaa.

Ternyata aku gak sendiri, pelan2 berdatangan kawan2 dari kelas lain. Dan kami nonggok di 3M semua. Karena bingung mau ngapain, akhirnya ada temen yang inisiatif ngajakin kita jalan aja. bingung sih memang mau jalan kemana, kan soalnya pakek baju sekolah tuh. Masih pagi pulak. Jadilah dia ngajakin ke Gramedia Gajah Mada, trus pas agak siang ngajakin nonton ke Medan Plaza. (Waktu itu belum kebakaran, geng) itu kali pertama aku nonton ke bioskop. Kali pertama dan its emejing. Soalnya pas kita nyampek sana, sekitar jam 2 atau 3an gitu, kita ketemu kawan2 yang pulang sekolah langsung kesana. Kebayang gak gimana “hahahaha makjleb” nya moment itu? :v

Nah, kemarin, setelah bagi raport, aku nyempetin nonton AAC2. (Iya, pas AAC aku masih siswa, nah pas AAC2 aku udah jadi guru. :p)

Aku berekspektasi tinggi tentang film ini. Dengan Fahri-nya yang tak berubah, masih diperankan oleh Fedi Nuril. Ini tokoh bener2 idaman banget, gaes. Terus ada Dewi Sandra-nya. Ada Tatjana Saphira-nya. Ada Chelsea Islan-nya jugak. Wuuuhh.. Pasti seru.
Dan ke-seru-annya memang benar2 seru. Opening filmnya menggambarkan Aisha sedang berada di Gaza sebagai relawan, di tengah hiruk pikuk peperangan. Dan tiba2, dhuuuaaarrr!!! Bom meledak, dan Aisha terjerembab.

***

Dalam film ini Fahri masi digambarkan sebagai lelaki berperangai malaikat. Dia sangat baik kepada semua orang. Kepada tetangga, kepada mahasiswa, kepada siapa saja. Pokoke hablum minannas nya oke banget. Ini juga yang nantinya mempertemukannya dengan Sabina. Perempuan bercadar, berwajah cacat yang menjual dagangan berupa apa ya itu? Hmm, mungkin sejenis gantungan kunci.
Kebaikan Fahri juga tercermin dari sikapnya terhadap tetangga. Ada Keira, pemain biola yang kehilangan ayahnya karena bom teroris, dan berujung pada kebenciannya terhadap Fahri karena keislamannya. Ada pula nenek catarina, seorang Yahudi yang ditolong oleh Fahri dari kejahatan anaknya sendiri.  Kemudian ada cewek yang berprofesi sebagai pengacara tapi doyan mabuk2an dan hampir tiap malam ditolongin sama Fahri.

Fahri kehilangan Aisha sudah sekian lama, sejak kontak terakhir. Sejak itu tidak ada lagi kabar tentang Aisha. Bahkan tidak diketahui Aisha masih hidup atau sudah syahid. Hari-hari Fahri suram, meskipun ada banyak perempuan yang ada di sekitarnya mencoba menarik perhatiannya.

Salah satunya adalah Hulya. Sepupu Aisha yang datang dari Jerman untuk melanjutkan studinya. Hulya ini cantik banget. Diperankan oleh Tatjana Saphira. Doi keliatan banget emang naksir sama Fahri. Dan akhirnya emang menikah dengan Fahri, setelah drama banget, Fahri menolak lamaran ayah Hulya dengan dalih masih ingin menunggu Aisha, sampek akhirnya si Fahri-nya melamar Hulya kembali. Duh, gemash!

Jalan cerita AAC2 ini bakal membosankan kalo aja gak ada Hulusi dan Misbah. Hulusi adalah asistennya Fahri, dan Misbah adalah teman Fahri semasa masih menuntut ilmu di Kairo. Pandji sama Ari Untung ini beneran mencairkan suasana. Jadi ceritanya gak flat banget.

Di endingnya, kita kedatangan tamu dari AAC. Masih ingat Bahadur? Iya, yang jadi penjahat di AAC itu. Yang gara2 dia Fahri jadi masuk penjara. Tetiba dia nongol waktu Fahri, Hulya dan Sabina lagi di pom bensin. Dan pertarungan pun terjadi. Hulya ditusuk sama Bahadur, saat sedang hendak menolong Hulya, cadar Sabina terlepas, dan taraaaa... udah ah, gak mau ngelanjutin, nanti kamu gak nonton. Wkwkwkwk. :p

***

AAC2 sensasional banget buat aku, walopun masih gak se-cetar AAC. Eh apaan sih pake istilah cetar? -_-

Ada beberapa scene yang ajaib banget menurut aku. Dan gimana yaa.. kayak kurang pas gitu. Poin pertama yang bikin kurang greget adalah, masa iya, seorang suami yang mencintai istrinya tidak bisa mengenali istrinya dari suara, dari mata, dari gerak geriknya? Masa iya, seornag suami yang mencintai istrinya tidak bisa merasakan kehadiran istrinya di dekatnya, gak berasa ada tanda2 gimanaa gitu? Agak ajaib memang scene yang ini.

Poin kedua, tadinya aku pikir Chelsea Islan bakal memerankan tokoh yang berkaitan erat dengan kehidupannya Fahri. Secara Chelsea Islan gitu loh. Etapi, daku kecewa. Antara Keira dan Fahri ternyata tidak ada keterkaitan emosi apapun. Hanya sekedar tetanggaan, dan Fahri sebagai tetangga yang baik menolong Keira mewujudkan mimpinya. Thats all. Kirain lebih greget. Hahaha.

Next point is cerita gimana Aisha waktu di sekap sama tentara Israel di Gaza. Pas scene ini aku nangis histeris emang. Ngeri, gaes. Tapi kalo dibandingin dengan gimana penderitaan Fahri waktu di penjara di film AAC, ini masih kurang greget. Scene-nya pendek banget. Kurang puas nangisnya. :p

And the last point is, soal cangkok wajah. Wajah Aisha yang cacat, diganti dengan wajah Hulya yang syahid setelah melahirkan Umar, si baby lucuk. Emang ada yang begitu ya? Bisa gitu ya? Ya maklumlah, daku awam di bidang kedokteran. Jadi pas ngeliat ada yang begitu, shock aja. Alasannya memang karena Hulya ingin Umar bisa melihat wajahnya setiap hari. Tapi kayaknya... ahh auk ah..
 -_-

Terus nih, aku masih ingin menerka-nerka, setelah kembalinya Aisha dengan keadaannya yang sudah tidak lagi perempuan seutuhnya, apakah Fahri yang “malaikat” itu masih mencintai istrinya sepenuh hati? Mampukah ia tetap menjadikan istrinya satu2nya?

Mungkin disinilah sunnah tentang poligami itu baik untuk diterapkan. Tidak ada satu perempuan pun yang mau itu terjadi padanya, meski berhadiah-kan syurga. Tapi ketika seorang perempuan sudah tidak lagi bisa menunaikan kewajibannya secara batiniah sebagai seorang istri, maka akan sangat mulia jika ia mengizinkan suaminya menikah lagi.

Kalo film ini dilanjutkan, aku bisa prediksi Fahri si malaikat akan tetap berusaha menahan nafsu kelelakiannya, sementara Aisha si istri sholeha akan mencarikan madunya. Ya iyalah, gaes.. dulu pas masih sempurna aja, dia rela di madu sama Maria. Apalagi pas udah beginii.. eh tapi, si Fahri udah nikah tiga kali loh ya kalo diitung dari AAC sampek AAC2. Gini nih kalo lelaki baiknya kayak malaikat.

Yaudah gih, buruan nonton. Ini tuh sayang banget dilewatkan kalo kamu sempet rela ngantri buat beli tiket ACC pas tahun 2008. :v


*) Eh, kamu gak usah sebaik malaikat deh, karena aku gak se-sholeha Aisha. Hehehe.