Senin, 21 Agustus 2017

MINE

Aku pernah punya mimpi bakal punya cerita cinta seindah FTV2 yang dulu sering kutonton waktu SMA. Yang ceritanya kadang2 bikin geleng2 kepala, tapi berujung so sweet di akhirnya. Pernah kepikiran bakal punya pacar cakep, dan merupakan idola di sekolah. Rajin bikinkan puisi, dan selalu antar jemput.  Pernah punya mimpi punya pacar cowok pinter dan kutu buku tapi ganteng banget. Yang selalu bantuin ngerjain tugas, dan secara gak langsung jadi guru privat pribadi. Pernah ngimpi pacaran sama anak pesantren yang soleh banget. Padahal cowok soleh mah gak ngajakin pacaran yak? Wkwkwk. Pernah juga mimpi di tembak sama anak basket di tengah lapangan, di depan kerumunan orang2, terus diteriakin “trimaaa.. trimaa.. trimaaa..” Pernah.

Iyap, aku juga melewati fase2 itu. Bacaanku saat itu teenlit, tontonanku waktu itu FTV. Dan akan sangat normal jika gadis belia se-usia-ku memimpikan hal itu. Wajar banget kalau saat itu aku kesengsem banget membayangkan kalau suatu ketika aku mengalami, dan menunggu2 saat aku benar2 dihadapkan pada indahnya cinta remaja yang “cie..cie..” itu.

Tapi, semakin kesini, seiring bertambahnya usia, aku jadi mikir, itu memang so sweet banget, tapi masa iya ada kisah macam itu? Itu cerita cuman ada di pilem2, di drama2 korea, di sinetron2. Kayaknya hidup aku gak drama banget deh. Gak mungkin aja rasanya mengalami kisah layaknya drama korea yang bikin penontonnya melayang2. Jadi, sejauh ini, aku hanya menganggap romantisme macam itu gak ada di dunia nyata. Paling nggak di kehidupanku yang mengedepankan rasionalitas.

Aku bukan orang yang mudah jatuh cinta. Paling tidak saat ini, dan beberapa tahun lalu. Kalo pas masa SMA seingatku aku memang masih laper mata. Sekarang, kalo lagi jalan sama temen2, trus ngeliat cowok cakep lewat, atau ada temen yang bawa temennya lagi ke tempat kita kumpul2, aku cuman komen, “cakep sih. Trus kenapa?”

Pada akhirnya ternyata, semakin kemari, semakin aku paham kalau ternyata tampang doang gak cukup buat memenuhi kriteria dalam memilih pasangan. Yap, kayak yang pernah kutulis kemaren, “sekarang, cantik aja gak cukup.” Semakin kesini, kriteria nambah beberapa poin, jadi harus berwibawa, punya kepribadian yang baik, seorang muslim yang taat, pekerjaannya baik, dan gak merokok. Lebih kurang inilah kriteria-ku sebagai seorang cewek dewasa dalam memilih pasangannya. Karena seperti yang sudah kutulis di awal, hidupku mengedepankan rasionalitas.

Buatku, cinta yang menggebu2, yang penuh romantisme itu gak lama. Yang bikin rumah tangga itu tetap bertahan justru lebih karena komitmen. Kadang2, walaupun masing2 udah gak punya ketertarikan visual, pernikahan itu gak akan berakhir, karena masing2 sadar akan komitmen.

Sampai, suatu ketika, aku menemukan seseorang yang membuatku mengalami beberapa kejadian yang mirip cerita di FTV2 itu.

Aku ingat banget waktu itu, pas lagi jalan. Ceritanya lagi mentel, gak mau pake helm, karena pas berangkat masih belum terik. Lah pas pulang, matahari udah turun memang, tapi justru malah langsung menerpa wajah. Panas, coy! Jadi berpanas2 ria-lah, sibuk nutupin wajah saking panasnya, gak konsen lagi sama jalanan karena waktu itu kan posisinya lagi gak enak. Tiba2 motor kita melaju di sebelah belakang truk gede, padahal jalanan di sebelah kanan dan kiri kita masih luas. Bisa aja dipotong sebenernya. Tapi kita ngekorin truk itu sampek jauh. Sampek kita belok, karena truknya lurus. Awalnya aku bingung. Trus lama2, aku sadar, kita sedang berusaha menghindari matahari. Ternyata dia berusaha biar aku gak kepanasan.

Di waktu yang lain, aku pernah minta ditemenin shopping. Kebetulan kemaren nyari sepatu. Jadi berkeliling2 mall lah kami, seharian. Aku gak tau deh ya berapa kilo meter kami udah berjalan, muter2, keliling2, naik turun eskalator, dan sebagainya. Tapi yang kutahu, karena aku juga pernah hiking, lelahnya itu gak se-lelah naik gunung lah. Tapi, hei, aku lupa aku sedang bersama orang yang biasa jalan di hutan atau yang biasa mendaki gunung, bukan orang  yang doyan keluar masuk mall. Aku gak tau – lebih tepatnya – gak sadar, kalo ternyata dari tadi dia sedang menahankan kaki yang – katanya – mau patah, dan perut yang melilit. Aku sama sekali gak sadar karena dia gak bilang dan mukanya kayak baik2 aja gitu. Pas kita udah selesai shopping, trus makan, dia pamit bentar ke indomar*t. Dan taraaaa.. pas dia kembali, dia bawa *ntangin.

Pernah lagi, suatu ketika, dia udah janji mau jalan sama temen2nya buat ngerayain upacara peringatan kemerdekaan di Bukit Holbung. Aku jelas aja gak bisa ikut karena menjadi salah satu petugas upacara di sekolah. Aku udah tau dari kemaren2 emang kalo dia mau pergi, tapi karena aku juga gak punya alasan buat ngelarang, dan gak punya alternatif tujuan klo dia ngebatalin rencana ya Cuma bisa say “hati2 di jalan ya..” Padahal mah dalam hati rasanya pingin klo dia ada pas upacara di sekolah, ngeliat aku. Waktu berlalu, upacara berjalan khidmat dan sukses. Tugasku selesai. Saatnya berkabar. Mungkin dia lagi jadi pembina upacara di Holbung sana.

“Aku disini,” jawabnya sambil tertawa kecil diujung telepon.

Senyumku merekah. Dia gak jadi berangkat. Memang ada alasan tertentu, dan mungkin alasan itu bukan aku, tapi aku tau, dia ada disini buat aku.

Aku gak pernah nyangka, ternyata dalam perjalanannya, aku menemukan sosok pasangan di FTV2 dan drakor2 yang bikin cewek melayang2 gak karuan. I found him. Nemu seseorang yang banyak ngertinya, banyak maklumnya, banyak sabarnya, banyak romantisnya. Dan ternyata akhirnya, aku gak lagi menganggap adegan2 romantis di film drama itu hal yang mustahil. Yaiyalah yaa. Adegan itu nongol di drakor pasti karena ada di dunia nyata yang emang sih dibumbui dengan imajinasi penulis skenarionya.

Akhirnya, segala imajinasi liar-ku tentang sosok seorang cowok romantis, yang sempat kutampik jauh2, kini ada di kehidupanku. Semoga segala yang indah2 ini gak hanya saat ini, tapi sampai nanti.


Senin, 07 Agustus 2017

UNFINISHED SONG PART II

Aku pernah nulis sesuatu tentang lagu yang tak selesai sebelumnya kan? Lagu itu masih tidak akan selesai. Sekalipun ada pihak yang ingin mendengar lagu itu secara sempurna. Jangan tanya kenapa. Terima saja. Karena bagiku, tidak semua tanya membutuhkan jawaban. Tidak semua alasan harus diutarakan. Aku ini bukan boneka yang bisa mengikuti apa saja skenario yang diinginkan penonton. Hidupku memang sedang dalam sorotan. Entahlah. Padahal siapalah aku ini? Tapi entah kenapa hidupku kerap jadi perbincangan. 

 
Hidupku gak menarik2 amat, but im the most aweome person i know. :p

Padahal andai mereka tahu, hidupku gak menarik2 amat.  Aku hanya seorang guru honor biasa. Dan kebetulan belum menikah. Hanya itu. Tapi perbincangan yang hingar bingar itu luar biasa. Entah apa untungnya mereka membahas aku. Entah apa juga faedahnya buat mereka berprasangka tentang aku. Emangnya aku ini siapa kali? Bukan hebat kali. Kok jadi trending topik gini ya?

Oh iya, mungkin kabar yang beredar entah dari mulut siapa awalnya, yang kemudian bertambah dengan bumbu2 penyedap, sudah sampai hampir ke semua kuping. Tapi, hei, kurasa berlebihan jika mereka menanggapi seakan2 itu prihal yang hebat banget. Aku sih gak terlalu peduli sebenarnya. Hidup2 aku. Kenapa jadi rempong sama mulut orang?

Kalo kata Nesya, orang yang demikian itu pas pembagian bibir dia serakah, pengen kebagian banyak. Jadinya yaa.. sekarang bibirnya banyak. Dimana2. Yang bukan urusan dia diurusin, yang bukan kepentingan dia diomongin. Yaaahh... selamat datang di Endonesah. Yang saking ramahnya penduduknya, hal yang gak penting di hidupnya dia juga dirame2in. Awalnya sih ngerasa tersanjung juga. Banyak yang merhatiin yaaa ternyata. Banyak yang peduli, banyak yang ngasih masukan ini itu, banyak yang sok2 ngelarang dan sok2 nganjurin. Tapi lama2 semuanya jadi kayak topeng. Ketahuilah, teman2 sekalian, gak ada yang namanya teman sejati di dunia kerja. Kalo dulu pernah nemu soulmate waktu sekolah atau pas kuliah, bersyukurlah, karena dulu yang dirempongin atau diributin hanya soal nilai. Kalo di dunia kerja, beeeeeuuhhhh... seluk beluk hidup lu, dari cara berpakaian lu, gaya hidup lu, sampek bentuk WC di rumah lu juga diributin. Kadang memang cuman karena iseng, tapi di lain kesempatan, jadi senjata buat menjatuhkan.

Duh, jadi melebar gini ya.

Sebenernya aku sih gak mau ngomel2 panjang gini. Biasanya kalo aku tersinggung, atau merasa diperlakukan gak cocok sama orang, aku diam. Karena toh, rasa kesalku bakal menghilang satu dua hari kemudian. Aku bukan pendendam. Aku hanya... ingat.

Aku tidak pernah menaruh dendam pada siapa pun, termasuk mereka yang pernah menyakitiku, atau bahkan mereka yang pernah mendzolimiku. Aku tetap berusaha menjali hubungan baik. Meski, aku membatasi intensitas ketemu dan interaksi dengan beberapa orang. Tidak, ini tidak berarti aku tidak menghargai atau apalah namanya usaha mereka untuk bisa kembali dekat, hanya, aku lebih mencintai diriku. Tenang saja, ini bukan perwujudan benci. Setiap orang punya cara sendiri untuk melindungi hatinya, bukan?

Untuk lagu yang tak selesai itu, aku tak pernah menaruh dendam. Mungkin untuk sejenak, aku termangu. Heran. Bingung. Marah. Bertanya2. Mengapa? Ada apa? Kemana? Sampai akhirnya aku  beringsut dari diamku, melanjutkan hidup, dan menemukan kebahagiaan2 baru. Setelah semua itu, aku tidak pernah menaruh sedikitpun dendam. Aku belajar berlapang dada. Menerima apa adanya. Aku belajar untuk memahami bahwa segala sesuatu yang tidak pada alurnya, tidak akan berjalan baik. Dan semuanya berjalan baik2 saja. Aku bahkan masih menunjukkan rasa peduli. Bukan karena berharap apapun, tapi ini lebih kepada balas jasa, dan menghormati.

Tapi kemudian, setelah semua itu berlalu, sekarang malah banyak pihak mendatangiku, meminta untuk melanjutkan lagu yang kemarin tak selesai itu. Maaf, penonton. Saya adalah saya. Saya bukan boneka yang mau saja menuruti skenario yang bisa membuat penonton senang. Saya punya pendirian, saya punya prinsip. Mohon maaf sekali, saya tidak bisa.

Setelah mendengar jawabanku, serta merta penonton yang entah bagaimana bisa tau ceritanya, bisa menjadikanku trending topik gosip mereka. Entah bagaimana, aku mendadak menjadi orang yang selalu dibicarakan. Mungkin akunya aja kali yang geer ya? Semoga deh. Ini lebih baik daripada persepsiku tadi benar2 terjadi.

Sialnya lagi, mereka mengait2kan segala sesuatu yang padahal sebenarnya hanya “kebetulan” terkait. Yaahh.. begitulah yaa... namanya juga hidup yaa..

Terima sajalah.. gak usah dipusing2in banget. Santai ajalaahh. Kan aku udah bilang, aku bukan pendendam. Aku bahkan bisa segera lupa apa yang telah dilakukan mereka ke aku dalam hitungan hari. Ini ditulis hanya karena mungkin aku butuh bersikap tegas pada pertanyaan2 yang memang tidak membutuhkan jawaban itu. Itu saja. Ya, hanya itu. Semoga kau mengerti maksud aku menuliskan ini. Sekian.
Im ready for the new journey