Selasa, 07 Maret 2017

BALADA MAHASISWA SEMESTER TUA




Balada itu apaan sih sebenernya? Kesannya kayak cerita lawak2 gitu ya. Haha. Aku juga gak tau aku nulis ini dengan genre apa. Yang aku tahu aku Cuma mau nulis segala pernak pernik yang sudah kulalui sejauh ini selama menyandang status mapala a.k.a mahasiswa semester tua.

Banyak orang yang gak tau betapa nikmatnya menjadi seorang mapal yang udah semester akut tapi belum wisuda2. Aku juga baru ngerasain sekarang. Ternyata, menjadi seorang mapala bukan hal yang perlu terlalu dikhawatirkan, tapi juga bukan hal yang sepatutnya dibanggakan. You know what? Kalo lo jadi mapala, yang revisiannya gak kelar2, kapan lo mau resepsinya? -_-“

Btw, bukan itu sih yang mau aku bahas disini. Aku mau bahas yang lebih ringan. Karena ngebahas soal resepsi, pasti berujung pada ngebahas jodoh, dan kalo ngebahas jodoh pasti ujung2nya ngebahas abang itu. *entah abang2 yang mana.. wkwkwkwkw. Haduh, aku gak kuaaatt. :”)

Fyi, aku sekarang semester lima di pasca. Sementara ini, untuk menuntaskan program pasca sarjana sebenernya lo hanya butuh waktu lebih kurang 2 tahunan, dan itu artinya sampek semester 4 doang. Sekarang, saat hampir satu kelas sudah mulai memajang namanya


yang dengan titel cantik M.M. (bukan Mondar Mandir loh ya! Magister Manajemen) satu per satu, daku masih sibuk bimbingan. Saat itu aku mulai menggumam dalam hati, “ohh, mungkin seperti ini pula rasanya nanti kalo ditinggal nikah.” T_T

Ditinggal wisuda sama temen2 seangkatan yang kemaren pas kuliah sempat haha-hihi dengan bilang “ntar kita wisudanya barengan ya. Kebayanya biar seragam.” Kemaren tuh udah niat banget kayaknya. Kita rame2 ngajuin judul bareng, rame2 ngikutin seminar kolokium dan seminar hasil kakak2 semester atas bareng. Rame2 daftar kolokium. Tapi ternyata pada akhirnya, di perjalanan dalam menyelesaikan penelitian, kita mulai berjalan masing2. Ada yang serius, ada pula yang kehilangan fokus. Sehingga pada akhirnya haha-hihi kita kemaren hanya sekedar haha-hihi. Hiks.

Banyak pertimbangan sebelum kita memutuskan untuk menunda wisuda kita. Ceilaaahh.. bahasa gue. Menunda. :v

Memang iya sih, bahasa halusnya menunda. Soalnya diantara beberapa pertimbangan kita kemaren itu antara lain adalah akreditas jurusan kita masih C. Dan akan berakhir tahun 2016. So, awal tahun 2017 dipastikan sudah ada akreditas baru. Kita sih optimis akreditas baru ini jurusan kita bakal dapat B. Makanya kita sengaja menunda. Menantikan waktu yang pas. Karena sejatinya wisuda bukan lomba, karena semua akan wisuda pada waktunya. *eeeaaaa...

Saat aku menulis ini, aku baru saja menyelesaikan seminar hasil penelitianku seminggu yang lalu. Seminar hasil yang penuh drama. Huhuu.. kayak pilem2 korea itu, aku memang rada lebay kalo udah urusan perasaan. Dikit2 baper, dikit2 laper. Eh?

Jadi kemaren itu, tepatnya hari senin, 20 Februari 2017, hari yang bersejarah dimana penelitianku akhirnya diseminarkan. Berhubung pihak biro udah ogah menyiapkan segala keperluan jelang seminar, dan menyerahkan segalanya langsung ke mahasiswa yang bersangkutan, akhirnya aku dan Ria (sahabat aku yang sama2 seminar hasil) datang ke kampus lebih awal. Seminarnya jam 2, kita nyampek kampus jam 10. Nyiapin ini itu, cyiin. Terus prepare segalanya lah, latian2 gitu.

Jadi ceritanya ternyata, di hari yang sama ada 2 orang yang seminar hasil, 1 orang sidang tertutup, dan 3 orang seminar kolokium. Kesemuanya dipadatkan dalam hari yang sama. Kalo dari awal kita udah kordinasi buat persiapan ini itu pasti gak pusing. Lah ini, kita baru tau kalo se-rame itu justru di detik2 menuju jam 2. Jadi ya lumayan lah, agak pusing2 dangdut.


Alhamdulillah 'ala kulli hal.. :)
Tapi drama-nya bukan itu. Drama itu berlangsung selama aku berdiri menyampaikan hasil penelitianku. *kalo inget, nyeseknya masih berasa* jadi ceritanya undangan kan udah kita publikasikan di sosmed tuh. Jadi ada beberapa teman yang katanya mau datang. Ada juga yang bilang bakal datang telat. Tapi aku bukan menunggu mereka.

Aku jadi teringat film Spider Man, deh. Waktu Mary Jane nggak fokus sama pementasannya karena perhatiannya tertuju pada bangku kosong dimana seharusnya Peter duduk. Dia sampek gagal fokus sama dialognya karena pandangannya fokusnya ke kursi itu terus. Pikirannya mencari2, kemana Peter? Kenapa dia datang terlambat? Apa dia sibuk? Atau ada kegiatan lain? Tapi bukannya dia udah janji bakal datang?

Well, pemirsaaahh, aku sepertinya bisa merasakan apa yang MJ rasakan. Sepanjang aku menjelaskan isi penelitianku yang banyak banget itu, sampek sekitar 25 slide, sesekali mataku memang menuju pintu. Sesekali saja. Setelah selesai menjelaskan, aku duduk, dan kemudian penguji dan pembimbing mulai merespon.

Seperti yang kubilang di awal, yang seminar hasil ada 2, kolokium ada 3, dan sidang tertutup ada 1. Agar semua bisa selesai jam 6 sore, jadi dikondisikan untuk yang sidang tertutup pindah ke ruang sebelah. Penguji-nya di bagi dua. Nanti setelah menguji di ruang yang satu, baru pindah ke ruang yang satunya lagi. Nah, jadi pintu kan bolak balik dibuka tutup tuh karena penguji yang keluar masuk. Fokus-ku diambil alih oleh pintu yang berderit itu.

Setiap kali pintu itu terbuka, mataku langsung tertuju kesana. Berharap yang masuk adalah dia. Berkali-kali pintu itu terbuka, dan berkali-kali pula fokus-ku terganggu. Bahkan ada pertanyaan penguji yang aku nggak tanggap. Sampai meminta beliau mengulang pertanyaannya kembali. Aku benar2 kehilangan fokus.

Syukurnya, semua pertanyaan itu terjawab dengan baik. Tidak ada kesalahan serius dan fatal. Alhamdulillah, dari hasilnya memuaskan. Sidang lulus dengan peringkat A, yang seminar hasil lulus dan dipersilakan untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya, yaitu sidang tertutup, dan yang kolokium lulus dan dipersilakan untuk melanjutkan penelitian.

Saat itu sungguh adalah moment dimana harusnya aku merasakan euforia luar biasa. Penelitianku diterima dan diberikan respon positif. Aku bisa melanjutkan ke sidang tertutup dengan hanya sedikit saja perbaikan. Tapi, hei, kenapa rasanya datar2 saja?

Kemana rasa bangga dan bahagia itu menguap? Kenapa? Bahkan aku lebih bahagia waktu selesai seminar kolokium. Padahal saat itu aku banyak revisi. Banyak kesalahan pengetikan. Banyak hal yang aku nggak tau. Tapi euforia setelahnya tetap aja bangga. Tetap bahagia. Tapi ini? Hei, are you ok, Lita?

Pada akhirnya aku memang harus mengakui pada diriku sendiri, bahwa aku butuh support dari orang yang memang aku tau pasti akan terus support aku. Aku butuh “teman” untuk merayakan kebahagiaan dan kerberhasilanku. Aku butuh sosok yang bisa menenangkanku tidak hanya di saat sulit, tapi juga saat berlimpah. Aku butuh dia untuk mengucap syukur bersamaku.

Akhirnya pemirsaaahh, drama di seminar hasil itu gak selesai gitu aja. Setelah aku merayakan keberhasilan seminar hasil dengan peluk hangat dari sahabat dan wajah bahagia serta senyum sumringah  orang tua, aku kembali merayakannya dengan bersimbah air mata. Mendadak aku jadi cengeng. Kalo kemaren dikit2 baper, dikit2 laper, kalo sekarang dikit2 nangis.

Untuk menumpahkan segala uneg2, segala keluhan, segala rasa sesal dan kesal, ternyata harus dibanjiri air mata dulu. Baru lega. Walaupun besok paginya siswa2ku pada komentar, “ibu kenapa sembab? Matanya kenapa bengkak? Hari ini kok kusam kali?” Mereka gak tau sih gimana hancur leburnya hati ibunya ini kemaren. :v

Haduh udah panjang banget yak? Bosen gak sih bacanya? Bosen? Yaudah, segini aja dulu balada mahasiswa semester tua-nya ya. Nanti habis sidang dilanjutin lagi. Eh, aku sidang tertutup lusa. Mohon doanya ya. Makasih. :*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar