Jumat, 28 November 2014

Happy Teacher’s Day

Sebelumnya, aku mau ngucapin selamat hari guru untuk seluruh guru di Indonesia raya tercinta. Semoga pengabdian kita mengantarkan anak bangsa ke gerbang masa depan cerah nan gilang gemilang bernilai ibadah, dan kelak menjadi amal jariyah. Aamiin ya rabbal alamin.

Nah, berhubung hari ini tuh hari yang special buat para guru, aku mau cuap-cuap dikit tentang ‘guru’ itu sendiri. Yah, karena memang kebetulan takdir membawaku ke sekolah, ke tempat teritorialnya seorang guru, jadi sedikit banyak aku merasakan apa yang guru-guru rasakan. Jadi ini dia hepi-non hepi nya being a teacher. :D

Sekilas info, aku sebenernya bukan guru tulen. *eh, apaan sik? Iya, jadi ceritanya aku tuh nggak pernah ambil jurusan keguruan. Sama sekali buta sama yang namanya RPP, prosem, prota, dan kawan-kawannya yang aku pun gak tau apa namanya. Pas S1 kemarin aku ambil jurusan ekonomi islam non kependidikan. Jelaslah aku nggak pernah kenalan sama bidang ajar-mengajar. Untungnya, ternyata setiap kita punya bakat untuk menjadi pendidik. Biar kata ilmu kita se-iprit, tapi kalau kita bisa membagi, otomatis sudah masuk ke ranah ajar-mengajar dong. Untungnya lagi, dulu, aku tergabung di organisasi kampus yang cukup menggemblengku menjadi pendidik. Dengan caranya, LPM Dinamika UIN SU berhasil membuat aku yang bukan apa-apa, menjadi apa-apa. Dan membagi apa-apa itu ke orang lain. Paham maksudnya? Nggak? Sama. :p

Seiring waktu, ternyata experience is the best teacher ever. Aku mulai pelan-pelan menekatkan diriku menjadi seorang pendidik. Aku belajar lagi dari pengalaman pas pertama masuk, cara menyampaikan materi, cara membuat materi yang membosankan jadi kelihatan menarik, belajar menguasai kelas, belajar menarik simpati anak-anak, dan belajar yang lain-lainnya. Gak segampang yang terlihat, tapi juga gak sesulit yang kufikirkan, ternyata. Sampai akhirnya, saat aku menulis ini, aku bisa dengan santai mengucapkan, being a teacher is great! Im not regret at all! ^_^

Biar kate banyak yang bilang, jadi guru itu nggak sejahtera, loh. Ngapain juga sih? Bener banget! Guru itu profesi yang mungkin gak bisa bikin kamu se-kaya Bill Gates, gak bisa bikin kamu se-tenar dan se-fenomenal Syahrini, gak juga bisa bikin kamu se-wising Mario Teguh. Tapi hanya menjadi seorang guru-lah kamu menemukan bagaimana indahnya menjadi seorang yang berjasa menjadi pelita dalam kegelapan, embun dalam kehausan. Hanya dengan menjadi guru kamu bisa merasakan hebatnya perjuangan mengantarkan anak bangsa ke masa depan yang gemilang, mengajarkannya adab, sopan santun, budi pekerti yang sekarang menurutku pribadi harus lebih banyak ditanamkan ke pemikiran anak ketimbang angka-angka. Ya, hanya dengan menjadi guru kamu bisa merasakan semua sensasi itu.

Jadi, sebegitu membahagiakannya-kah menjadi pendidik, tanpa ada part non-hepi? No way! Aku nggak ngerti gimana nyeritain yang ini. Tapi semoga kamu ngerti yang aku maksud. Zamannya aku dulu, tahun 90an, zaman masih pakai seragam putih merah, aku inget banget gimana takutnya aku kalau guruku udah mendelik. Jangankan mendelik, dia ngeliat biasa aja aku udah gugup gemana geto. Langsung resah dan gelisah, takut-takut bikin salah. Tapi kalo sekarang, aduhaaaiii… mereka sudah tak paham makna delikan judes guru. Beneran! Tatapan tajam kita kagak mempan, mamen! Teguran hanya berlaku buat mereka jika dijabarkan dengan kata-kata. Ah, mungkin mereka kudu masuk pramuka kali ya, belajar kode dan sandi lagi. *gagal paham

Jadi guru juga bisa bikin mendadak cerewet. Tapi aku memang udah punya bakat cerewet sih dari dulu. Kata orang kan kalo borreg kayak aku tuh ya emang gitu, cerewet-cerewet manja gitu. *huueeekk* Tapi setelah jadi guru, widiiiihhh, aku aja kaget habis mendengar rentetan repetanku sendiri. Sampai kalo sholat aku selalu minta sama Alloh gini, “ya Alloh, mohon peliharalah lisanku.” Kebayang gimana ngerinya? -__-“ Untuuuung aja Alloh kayaknya meng-ijabah doaku. Belakangan, aku lebih milih diem daripada merepet. Apalagi pas mood lagi gak bagus. Aku lebih suka keluar bentar, nenangin diri, baru masuk kelas lagi. Its better daripada nurutin nafsu ngamuk-ngamuk.
Jadi ya gitu, hepi-non hepinya jadi guru. Manis, asem, asin, kecut jadi satu. :D



Sekali lagi, selamat hari guru nasional ke 69. J semoga tetap semangat menjadi pahawan tanpa tanda jasa. J J J

Senin, 10 November 2014

Nembus Media, Euy :D


Hola…Alhamdulillah hari ini aku kembali berhasil menepikan rasa malas yang menuntut harus stay on bed saat weekend. Habis membabu, saatnya kembali pada rutinitas lama yang sempat terabaikan. Blogging. :D

Jadi nih ceritanya aku lagi hepi bingit. Hehe. Setelah sekian lama berusaha nembus media, dari majalah remaja sampai harian, dari yang ngirimnya pake modem sampe harus bela-belain ke warnet, dari yang genre politik sampe kemanusiaan. Semuanya dijabanin. Tapi gak sebiji pun yang tersihir sama tulisanku. Apes! Aku jadi capek sendiri. dan mulai malas. Ecek-eceknya desperate-laah. Tapi semuanya berubah saat aku memutuskan satu hal. *heleeeh.

Jadi kan aku yang gak seberapa pinter ini kepingin memintarkan diri. Kepingin sekolah lagi Yaudah, jadi daftarlah aku ke sekolah pasca sarjana di salah satu universitas di Medan. Kebetulan, uang kuliahnya selangit ngit ngit. Sempat bingung juga jadi ambil disitu atau di kampus yang lebih murah, cuman ternyata keluarga dukung penuh. So, ya lanjut.

Selanjutnya disinilah aku. Aku yang gila shopping, gila belanja barang-barang olshop, gila jalan-jalan, dipaksa oleh diri sendiri buat ngebayar uang kuliah secara mandiri. Kalo pun dibantu, ya bantunya dikit aja gitu. Pas otakku ngekalkulasiin jumlah dana yang dibutuhin dengan income, aku  ngenes sendiri. Kalo gini ceritanya, bakal puasa belanja nih. -__-“

You know what a girl want, dong. Shopping! Bisa dibayangin gimana shock-nya aku pas sadar kalau aku harus ketat banget tahan nafsu sama barang-barang bagus di olshop itu? Sakitnya tuh disini, di dalam hatiku. *sambil joget dumang. XD

Setelah menyadari semua fakta mengerikan itu, aku jadi muter otak. Harus ada solusi dari masalah serius ini. Harus! Nah, di saat genting itulah aku kembali teringat pada ambisiku buat nembus media. Kali ini bukan lagi soal eksistensi, tapi buat honor. Wkwkwk. Parah ya. tapi gapapa. Setiap orang punya motivasinya sendiri untuk berkreasi, tho? Jadi alasan materi juga bukan hal yang salah. Ya kan? *nyari dukungan.

So, bersikeraslah daku menciptakan sebuah karya. Eh, dua buah karya dalam waktu yang berdekatan. Saking ambisinya. Wahahaha. Intinya seminggu tuh aku ngirim dua cerpen ke dua media yang berbeda. Beberapa hari setelahnya aku bolak balik ngcek email, ngecek balesan. Pas hampir patah semangat, datanglah kabar baik itu. :D

“Ta, cerpennya sudah naik ya. Kirimin no rekening. Ada honor dari kita sedikit.”

Aku sontak berteriak Alhamdulillah pas ngebaca chat dari bang Iqbal, editor lenteratimur dot com. Angin segar.. angin segar… hehehe.. kamu bisa check disini kalau mau baca. :D
 
Gak berselang lama, datang pula telepon dari nomor yang tak kukenal.

“Halo, Lita Maisyarah Desy ya? Ini dari DiGi Magz. Cerpen kamu naik di edisi November nanti. Kita minta 
fotonya ya.”



Woooppp, keterima dua-duanya naskahnya. Alhamdulillahirabbilalamiin. :D

Gak nyangka ternyata aku berhasil nembus media tanpa ambisi eksistensi. Aku nulis semata-mata karena iming-iming honor. Hadeh, matre amat sih aku? -__-“ Tapi, bukannya itu lumrah ya? Ahh, terserah deh. Apapun alasannya yang penting karya-ku akhirnya bisa dibaca orang banyak dan ada kepuasan tersendiri setelah bisa berbagi imajinasi. Semoga istiqomah untuk terus nulis dan terus bisa mencuri hati para editor. Aamiin.

Well, olshop, aku padamu.. :D

Minggu, 02 November 2014

Guru dan TIK ; Partner Terbaik Pendidikan

Oleh : Lita Maisyarah Desy, SE.I*

Pemutakhiran NUPTK
TIK dalam proses menunjang proses belajar mengajar. Hmm, membahas ini, saya teringat proses pemutakhiran NUPTK (Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan) tahun 2013 lalu, kebijakan pemerintah yang satu ini cukup membuat para guru keteteran. Terang saja, kebanyakan mereka yang sama sekali buta IT dipaksa untuk mengaktivasi NUPTK mereka sendiri. Jika sebelumnya laptop, computer, internet, dan istilah-istilah kekinian yang dimata mereka hanyalah sekedar istilah. Maka kini, mereka justru dipaksa untuk  mahir. Dalam waktu singkat.

Padahal segala sesuatu yang dilakukan secara terburu-buru jelas tidak baik. Seperti pepatah arab, “al'ajalah minasy syaithan.” Artinya: tergesa-tergesa atau terburu-buru itu pekerjaan setan. Jelas, mustahil rasanya dalam hitungan hari untuk menguasai internet, mengotak atik situs padamu.siap.co.id dan menyelesaikan verval NUPTK. Tapi, waktu yang terbatas memaksa untuk berfikir instan. Maka dibayarlah mereka yang menguasai IT  untuk menyelesaikannya. Simple. Hanya dalam waktu satu jam, NUPTK aktif. Tapi, apa ini yang diinginkan pemerintah melalui kebijakan menerapkan system online ini?

Selain karena IT lebih efektif dan efisien, dan mengandung tingkat kekeliruan minimum untuk mendata semua guru di seluruh Indonesia, pemerintah menerapkan system online dalam pemutakhiran NUPTK. Agar para guru yang merasa gaptek segera meng-upgrade pengetahuannya, merasa terangsang untuk mampu di bidang tekhnologi informasi. Sebagai pendidik di era digital, sudah suatu keharusan untuk menguasai dunia digital. Sulit dibayangkan jika siswa lebih paham IT ketimbang gurunya sendiri. Nyatanya, sepertinya pemerintah kita harus membuat tambahan program.
Dari wacana di atas, saya kemudian merenung. Bagaimana bisa TIK menjadi penunjang proses belajar mengajar jika para pendidik belum mahir menggunakannya? Lantas, saya teringat IndiTIK. Programnya sangat membantu para guru untuk mahir menggunakan tekhnologi informasi. Kompetisi menulis artikel ini juga salah satu perangsang agar para guru mulai mengenal blog, mengenal dunia internet. Semoga blogger dari kalangan guru meningkat pesat setelah ini.

Kegiatan Pembelajaran Dengan In Focus
Kembali ke topic, TIK sebagai penujang proses belajar mengajar. Ya, tekhnologi jelas menjadi salah satu factor suksesnya proses belajar mengajar. Mengingat minat anak didik yang cenderung menyukai tekhnologi, mereka akan lebih mudah menyerap pelajaran yang kita sampaikan lewat tekhnologi. Saya katakan minat, karena mereka memang terlahir di era tekhnologi. Maka lumrah jika ketertarikan mereka lebih tersedot pada tampilan in focus dari pada media kertas karton.

Media Kertas Karton
Menurut penelitian, system belajar menggunakan media audio visual dapat membuat anak lebih cepat menangkap pelajaran. Seperti pepatah, “kamu dengar, kamu lupa. Kamu lihat kamu tahu. Kamu paham, kamu kerjakan.” Jika pelajaran hanya disampaikan melalui lisan sang guru saja, atau hanya sekedar memberikan media non tekhnologi, siswa hanya sekedar mendengar. Tapi jika kita suguhkan media audio visual dengan in focus, memperlihatkan pelajaran dengan slide power point yang menarik, sangat besar kemungkinan si anak suka. Dan kunci untuk memahami pelajaran, bukankah harus menyukai terlebih dahulu pelajaran tersebut?

Kita tidak bisa bermimpi dalam hitungan hari para dewan guru sudah mampu menguasai system informasi dan komunikasi. Tapi jika sekolah mendukung penuh, contohnya dengan menyiapkan in focus, saya yakin para guru akan terpacu. Seiring berjalannya waktu, maka kita, guru-guru Indonesia akan mampu membaur dengan era digital.

Demi anak-anak didik kita, para penerus bangsa, mari kita tingkatkan mutu kita, upgrade pengetahuan kita, dan jadikan diri kita guru multi talenta. Semoga pendidikan di negeri ini semakin baik kedepannya.


*) Penulis adalah guru di SMP Muhammadiyah 06 Belawan, Sumatera Utara

Sabtu, 01 November 2014

PERSAMI IS GREAT !!!

Berapa lama aku absen? Berapa lama aku gak posting, dan berapa lama sudah aku lupa kalau aku ini blogger? Apa batok kepalaku kemaren kepentok keras ya, sampai aku lupa aku udah ninggalin relaksasi-ku ini cukup lama? Ah, sudahlah, lupa ya lupa saja. Masih cari-cari alasan pula. Ya, aku ngaku, belakangan aku emang rada males nyentuh lappy. Kerjaan kantor numpuk, nilai MID anak-anak harus selesai. Bayangin, 18 kelas dan per kelas ada hampir 50 anak. Udah-udah, gak usah dibayangin, ntar ikutan pusing. Terus, tugas kuliah juga sudah mulai membukit. Kebayang gimana aku ngatasin semuanya? Udah, gak usah dibayangin, -,-

Well, jadi seabreg kegiatan itu yang telah merebut perhatianku dari dunia perbloggingan *apasih. Jadi kali ini, aku mau cerita soal something great. Persami. Yep, perkemahan Sabtu Minggu. Iya-iya, aku memang bukan anak pramuka. Bahkan gak pernah bersentuhan sama dunia tunas kelapa sebelumnya. You know-lah, aku kan dulunya gabung di BIMANDA, organisasi musik. dan di LPM DINAMIKA, lembaga pers kampus. Nah, ada apa gerangan aku tiba-tiba ikutan Persami? Ada apa? Kenapa? Kok bisa? *lebay

Jadi semenjak namaku tercantum sebagai guru di SMP Muhammadiyah NolEnam Belawan, aku jadi banyak mengenal hal baru. Bersentuhan dengan RPP, Silabus, spidol, papan tulis, anak-anak, absen, MGMP, dan seterusnya, dan seterusnya. Disini juga aku dipaksa berkecimpung di Pramuka. Dipaksa? Mungkin bahasa lembutnya diminta untuk mau menjadi pembina pramuka. Aku udah bilang kalo ilmu pramuka-ku nol. tapi mereka meyakinkan, mereka butuh beberapa guru untuk jadi pembina, untuk mengawasi anak-anak jika ada kegiatan. Well, im a newbie here. So, i have no idea to refused.

Mana murid mana guru? kenapa badannya sama gede eh, kecilnya? 
Jadi, Persami kemarin adalah pengalaman pertamaku. Dulu pernah sih, ikutan kemping. Pas hiking ke Sinabung. Kita dari UKK UKM IAIN SU berkemah di pinggiran danau lau kawar. Terus pernah juga pas pengukuhan anggota baru LPM Dinamika. Tapi over all, itu bukan kemping ala anak pramuka kan? jadi ya Persami kemaren aku baru ngerasain sense jadi anak  pramuka. eh, jadi pembina pramuka. :D

Aku ngeliat anak-anak kelas VII yang masih kecil-kecil *gak tau kenapa kayaknya manusia makin kecil aja sekarang. mereka pada kesenengan mandi di sekolah, masak buat makan malam. Satu lagi yang bikin heran, anak-anak cowok dari sangga serigala masakannya ngalahin masakan anak2 cewek. Kayaknya punya bakat jadi chef ntar pas gede.

Terus yang udah gedean dikit, anak-anak penegak dari SMK yang udah mulai puber2an gemanaaa geto, mulai dengan aksinya. deketin awewe, sok2 pedekate. Bikin keinget zaman sekolah aja. wkwkwk. Ternyata kayak gitulah dulu kita. Alay dan kampungan. So far, mereka juga masih malu-malu kuciang, jadi masih gampang disensor tindakannya.

tenda putih, bukan tenda biru :D
Oh iya, pas malamnya ada renuangan suci. aku ingat dulu, pas ikutan pesantren kilat zaman SMA pernah ngerasain. waktu itu air mataku luber seluber-lubernya. pembinanya jago bikin kita berandai-andai mengerikan. nah, pas persami kemarin renungan sucinya dibawain sama salah satu pembina. awalnya, anak-anak masih diem. mungkin pada gengsi nangis duluan. tapi lama-lama masjid yang kami gunakan untuk renungan suci mulai berisik. sedu sedan berkolaborasi dengan tarikan ingus. :D
anehnya, aku sama sekali gak terbawa suasana. padahal aku kan agak-agak melankolis *kalo percaya sih. mungkin karena saat itu aku bukan peserta, kali ya.

Over all, pengalaman pertama jadi pembina pramuka itu ternyata seru ! gak sabar nunggu kemping selanjutnya. ^o^
Me n bonfire