Senin, 31 Maret 2014

KENANGAN

Ini puisi yang sudah mengendap lama tanpa memiliki pembaca. Hanya diciptakan, dan lantas dilupakan. Sekarang, agaknya ia ingin dinikmati banyak orang. Jadi, baiklah, ini, kuperkenalkan pada sebuah puisi yang semoga kamu sukai.

Kenangan

Album lusuh berjudul 'kenangan' membuka
Masih lengkap ; corat coret kamuflas cerita kita
Tentang luka, tentang pilu yang nganga

"Pergilah," ujarmu lemah
dan debar menjadi gemuruh yang entah
Kalut membalut, resah menyelimut
Adakah rasaku di matamu serupa sampah?

Kemarin, tawa kita masih sama sebelum putusanmu merubah warna
Kini, rindu berbatas temu
Biar aku mengemas pilu, lantas lalu dari hidupmu
Karena aku ; kita tak hidup dalam masa lalu
***

Jangan lantas mengait-kaitkan dengan kisah-ku yang mungkin kamu tahu. Sudah kubilang, tak semua yang kutulis adalah aku. Jika kebetulan ada kesamaan, bisa jadi itu cuma kesengajaan biar kamu tertarik buat baca. XD


Senin, 24 Maret 2014

Aku Bukan Dia *Episode Galau*

Ehem, sudah lama aku nggak bergalau ria. Sudah beberapa postingan berlalu tanpa ada sensasi cinta semu yang tak tersampaikan disana. oke baiklah, izinkan daku menuliskan semacam blogpost episode galau kali ini. Semoga pembacaku nggak bosan dan nggak buru-buru ke kamar mandi buat muntah. Tenang saja, galau kan bukan virus. Kalo kali ini daku galau, semoga kamu enggak ketularan.^o^

Aku tersenyum membaca sebuat twit, yang akhirnya ku copas dan kujadikan status di facebook. 'Lucu itu adalah, saat aku mulai menjauhimu, kamu mulai mendekatiku.' Lucu. Tapi mungkin lebih tepat kalau kalimat itu diganti dengan 'Mengenaskan itu adalah ..... bla..bla..bla....'

Ya, itu bukan lucu, tapi mengenaskan. Saat aku sudah berusaha melupakanmu, sudah berusaha melupakan masa lalu silam, melupakan semua kisah yang merobek-robek jantung, kau datang. Hellow? Ini hati bang, hati. bukan halte. Seenak udel lo aja kapan mau singgah. >_<

Tapi ya itu tadi, saat aku sudah berusaha beranjak dari bangku tunggu yang dingin, kau datang dengan secangkir capucino panas, sepiring kacang kulit, dan seutas senyum. Siapa pula yang tak meleleh? Ahh, gara-gara setitik perhatian, rusak move on sebelanga. Memang, itu perumpaan lebay. Tapi saat ini cuma itu perumpamaan yang mampir di kepalaku. 

Kalau saja saat itu aku cukup kuat untuk meneguhkan dan meyakinkan hati kalau bangku itu terlalu dingin dan tak sehat untukku berlama-lama duduk disana. Serta meyakinkan kalau ranjang akan lebih nyaman, tanpa harapan-harapan konyol akan kehadiranmu. Tentu aku tak akan tinggal.  Sayangnya, aku terlalu lemah untuk itu. Buatku, kehadiranmu yang sesaat itu sungguh melenakan. Membuat aku lupa kalau baru beberapa menit lalu aku sudah memutuskan berhenti menunggu. Meski aku tahu persis, kalau sesaat kemudian, keputusan ini pasti akan menyisakan penyesalan.

Saat aku mulai menjauhimu, kau malah mendekatiku. Saat aku sudah membiasakan diri tanpamu, kau malah menghampiriku. menawarkan diri untuk menjadi teman di sepiku. Aku tergelak habis-habisan saat menyadari kalau kejadian ini begitu aneh. bagaimana tidak? Bukankah selama ini aku yang mati-matian mendekatimu, berusaha mencuri perhatianmu, dan bukankah selama ini kau bahkan tak menganggapku ada? Bagaimana bisa sekarang, saat aku lelah dan ingin berganti hati, kau datang tiba-tiba. Menawarkan hal yang kemarin dulu sangat kuharapkan. Ahh, ya, perasaan memang aneh.

Sorak sorai teman-teman memenuhi ruangan saat kudapati seikat bunga di atas meja kerjaku. Senyum sumringah di wajahku mendadak hilang ketika namamu tertulis di balik note yang bertuliskan, 'i love you.' Kau. Apa sebenarnya yang kau rencanakan?

Oke, baiklah. Aku memang tak begitu kebal terhadap rayuan meski aku tahu itu murahan. Aku memang tak terlalu kokoh untuk menolak cinta yang lama kuidamkan meski aku tahu persis itu tak lebih dari sekedar omong kosong. Jelas, aku lemah untukmu. Dan kau akan semakin leluasa mempermainkan perasaanku. Tapi hei. kau tak pernah tahu kalau aku lelah, bukan?

Seseorang pernah bilang, lelah bisa membuat kita tak lagi memiliki perasaan yang sama. Kemarin, aku tak mengerti. Tapi sekarang, saat Tuhan menghadapkanku padamu, pada persoalan ini. Aku mengerti. Aku memang bahagia karena apa yang dulu pernah kudambakan akhirnya kudapatkan. tapi itu tak lebih dari sekedar kepuasan. Hanya seperti obsesi yang diraih. Ini bukan lagi cinta. Bukan.

Jadi, maafkan aku jika tak bisa menikmati capucinno yang sudah dingin itu bersamamu. Maafkan aku yang tak bisa menemanimu duduk di bangku tunggu yang dingin itu. Lagi pula, kau tak perlu duduk disitu, banyak tempat lain yang lebih hangat dan nyaman. Tapi jika kau ingin tinggal, tak apa. Kau takkan lama menunggu seseorang yang bersedia menemanimu disana. Tak akan lama. Hanya, dia bukanlah aku.

*Gak semua yang saya tulis adalah saya* ^_^

Kamis, 20 Maret 2014

18 Maret 2014

18 Maret 2014

Untuk kali kesekian aku ditinggalkan. Satu-satu orang-orang tersayang dipanggil Tuhan. Pelan-pelan, keluarga besar ini menyusut. satu-satu pergi, memulai perjalanan panjang menuju kepulangan abadi. Tiada yang tersisa selain kenangan di hati, di ingatan, dan di setiap senti tempat-tempat yang pernah disinggahi.Ya, keadaan ini selalu menyisakan luka yang nganga, menyisakan genangan air mata.

18 Maret 2014, kabar duka kuterima tengah malam, saat seluruh penghuni rumah lelap dalam dunia mimpi masing-masing. tangis pilu bibiku di kejauhan sana membuat darahku yang masih belum sempurna sadar mendadak tegang. sesukar apapun kehidupannya disana, di perantauan yang jauh dari keluarga terdekat, ia sungguh nyaris tak pernah mengeluh. tak pernah ia menumpahkan air mata di hadapan kami. ia selalu mengaku baik-baik saja saat kami tanyai kabar. pun tentang kesehatan suaminya, ia selalu bilang sudah baikan.dan tangisan tertahan yang kudengar di gagang ponsel tadi malam, cukup menjelaskan apa yang terjadi.

berada ribuan kilometer jauhnya dari kami selama puluhan tahun sejak ia memutuskan menikah disana, membuat mentalnya tertempa sempurna. ia, meski dalam keadaan terberat dalam hidup, masih berusaha tegar dengan sesegukan tertahan. berusaha untuk menenangkan kami. saat itu, aku mendadak terbayang wajahnya yang teduh dan lembut itu. terbayang wajah kedua anaknya, Rani dan Wirda yang masih kecil-kecil. dan itu semua sukses meruntuhkan pertahanan air mataku. 

Untuk sepersekian detik, beberapa momen berkelebatan di kepalaku. Momen saat aku menemukan tubuh ayahku sudah tertutup kain putih saat aku tiba di rumah sakit 12 tahun yang lalu, saat aku duduk memandangi wajahnya sebelum ia diberangkatkan menuju peristirahatan terakhir, saat pak tengah (suami bibiku) itu datang dan memberi nasihat, petuah-petuah khas orang tua, saat aku iri pada keceriaan puterinya yang masih memiliki seorang yang disebut ayah. Semuanya bermunculan tanpa bisa kukontrol, beriringan dengan semakin derasnya air mataku.

Kufikir, cukup aku saja yang kehilangan ayah secepat itu. Cukup aku. Entah bagaimana nanti aku melihat wajah-wajah lugu itu, entah bagaimana aku bisa sanggup membuat mereka tak lagi memanggil-manggil ayahnya. entah bagaimana pula ibu mereka, bibiku tersayang bisa kembali berjalan tegak. Ya Allah. T_T

"Dk, tadi pagi polres Tembilahan hening cipta untuk menghormati abang. Abang kan pernah jadi Kasat Intel disini," kubaca BBM kak Yuni, teman dekat pamanku--bisa jadi calon bibiku--

Hatiku kembali remuk. Tidak hanya karena aku tidak bisa ikut kesana, tapi kembali momen kehilangan berkelebatan di kepalaku. Dulu, saat aku masih kecil, aku punya seorang ayah angkat yang juga seorang aparat. Saat ia wafat, aku yang masih kecil ikut dibawa ke pemakaman pahlawan Kabanjahe untuk mengikuti upacara pemakaman oleh Polres Kabanjahe. Dan semuanya diputar ulang di kepalaku. Semuanya.

Terlalu banyak alasan untuk meratap, jika aku tak segera tersadar kalau aku salah. Tidak seharusnya aku meratap, bukan? Ini adalah jalan yang Allah takdirkan untuknya. Jalan pulang untuk melepaskan semua kesakitannya. Lantas kenapa aku tidak rela? Sebegitu lemahnya kah imanku, ya Allah? :"(

Sekarang, setelah tiga hari kepergiannya, aku tidak ingin ia kecewa melihat semua kesedihan yang tercipta karena perginya. Ia butuh doa, keluarga kecilnya juga butuh doa agar diberi kelapangan hati. Jadi, tugasku adalah mendoakan. Mendoakan, mendoakan dan terus mendoakan.Semoga ia diberi tempat terbaik di sisi Allah, semoga bibiku diberi kesabaran dan kelapangan hati yang luar biasa, semoga kedua puterinya diberikan masa depan yang baik. Aamiin..aamiin..aamiin..

Selamat jalan, pak tengah. Semoga limpahan rahmat senantiasa megiringi perjalananmu menuju kepulangan abadi.



Senin, 03 Maret 2014

Happy Anniversary My Dearest ^_^

Gak terasa, benar-benar gak terasa. waktu agaknya berjalan terlalu cepat, tanpa kenal rem dan pause. sampai, aku sendiri gak bisa memperkirakan sudah berapa kali menyusuri perjalanan medan -belawan yang kayak perjalanan mau pulang kampung itu. berapa kali aku dan bibit (matic kece) tancap gas melewat jalanan penuh debu *yang belakangan kayak jalanan musim gugur di eropa. soalnya banyak dedaunan kering yang bertebaran, sampe nempel di jilbab. hehe* dan truk-truk gandeng yang bejibun 

Gak kerasa, genap sebulan sudah aku menjadi 'bu lita.' hehehe. iya, sudah sebulan aku menjadi bu guru kece di SMP Muhammadiyah Belawan. Sudah sebulan aku mengenal, membagi cinta dengan mereka, siswa-siswa yang ngetop dengan 'kebengalan' dan 'hyper active.' Gak kerasa, berarti mungkin makna yang tersirat adalah aku kerasan. betah. ^_^

jadi kemaren, pas genap sebulan, aku bilang sama siswa kelas IX, "gak terasa ya, saya sudah sebulan kenalan sama kalian. senang rasanya menjadi guru kalian,"sambil cengar cengir. salah satu dari mereka jawab, "happy anniversary ya buk." aku ketawa, udah ngerti aja mereka tentang anniv2an. yah, semoga kita longlast yah, jawabku, tentu di dalam hati saja. hehehe.

Ada hal-hal yang baru kusadari dengan jelas sekarang. setelah aku mencicipi profesi guru. benar, guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. pengorbanan dan perjuangan mereka bener-bener besar. jasa mereka benar-benar patut untuk dihargai. *itu sih semua orang juga tahu, kelles. tapi, benar deh, ada hal yang baru bisa benar-benar diresapi ketikakita sudah benar-benar menjadi guru. 

contohnya harus menghadapi siswa yang seperti siswaku itu. yang benar-benar hiper aktif *karena aku enggan menyebut mereka nakal*  bukan karena pendidikanku bukan bidang keguruan lantas aku tidak bisa menjiwai mereka. tapi kelasku emang diakui sebagai kelas super berisik. apalagi aku guru baru yang minim pengalaman, wajar saja gak bisa membuat mereka bisa fokus menerima pelajaranku selama 2 les dengan tanpa suara, tanpa kebisingan yang berarti. tapi, perlu kutekankan lagi, mereka, kelas-kelas yang kupegang bukanlah kelas yang 'baik budi.'

Alm. Pak Akhyar, guru yang kugantikan adalah guru yang paling disegani anak-anak, makanya beliau diamanahi untuk memegang kelas yang 'luar biasa.' so, setelah beliau berpulang, maka aku yang harus menangani anak-anak 'luar biasa' itu. sejak awal, kepseknya juga bilang sih, 'kamu ngajar kelas yang luar biasa bandel dan lasaknya. tahulah anak belawan ni.' benar kata pak kepsek. kelasku itu kelas yang aduhai.

Nah, yang bikin aku heran, kenapa aku bisa betah ya? hahahaha.. ajaib memang mereka. especially kelas IX-6, bandel sih, tapi ngangenin. beneran. kalo kelas yang lain biasa aja, kadar kangenku masih pool di kelas IX-6. *mudah2an ini bukan pilih kasih namanya.

kembali ke fokus, hal kedua yang ngebikin guru itu pahlawan tanpa tanda jasa, adalah salary-nya. tahu nggak, gaji guru itu se-iprit rupanya mamen. bener-bener seiprit! alamaaak. gak usah sebut nominal deh ya, yang udah ngerasain jadi guru pasti ngeh dengan yang kumaksud. ini juga yang bikin aku heran kenapa nyari kerja buat jadi guru aja susah. -__-

tapiiiii..... disela keheranan itu, masih ada lagi hal yang ngebikin aku gak kalah heran, kenapa mereka kekukeh dengan profesinya? emang, kalo di Muhammadiyah Belawan gurunya banyak guru PNS atau kalo enggak sudah sertifikasi. tapi sertifikasi juga baru marak sekitar lima tahun terakhir. lha mereka udah ngajar belasan tahun. kenapa coba mereka bertahan? padahal, disana itu, di seputaran belawan banyak perusahaan besar, banyak pabrik-pabrik besar. kenapa gak pada milih kerja disana saja? dan jawabannya, mau tahu apa? karena mengajar adalah panggilan hati. merinding aku dengarnya kemaren loh. sumpah. :")

Jadi di hari one month anniversary aku dan siswa-siswaku, aku mulai mempertanyakan pada diri sendiri, apa aku benar-benar menjatuhkan hati pada profesi guru karena aku menyukainya, karena mengajar adalah panggilan hati, atau apa? Aku masih belum nemu jawabannya sampai diskusi hangat dengan mamaku berjalan.

beliau bilang, "pertimbangkan matang-matang, banyak sarjana pendidikan yang nganggur di luar sana. tapi terserah saja, kalaupun mau dilepas, karena gak sanggup ngadapi siswa. atau gak sanggup karena kesana jauh, yaudah. masih banyak jalan rezeki lain, kok. kita bisa betah, kalau kita memang menyenangi pekerjaan kita. kalo gak senang dan gak nyaman gak usah dipaksakan."

dan setelah pertapaan kulakoni selama lebih kurang sehari semalam, aku memutuskan satu hal ; aku akan bertahan, karena ternyata aku kangen sama siswaku, aku suka rindu kalo pas jam gak ngajar, dan teringat sama pesan teman lamaku dulu, "kalau jenuh, tinggalkan. jika masih ada rindu saat kau mninggalkannya, artinya kau memang menyenangi hal tersebut dan membutuhkannya." jadi kesimpulannya adalah, aku butuh mereka. aku butuh wajah-wajah innocent yang bandel itu meski udah pinter godain guru kece kayak aku. hahaha.

sudah jelas bukan? guru emang cetar membahana. semoga jatah sertifikasi nyampe secara menyeluruh. trus aku juga kebagian ntar. hehe. aamiin.

and the last, happy anniversary my dearest, students. I love u all. :)