Sabtu, 05 Oktober 2013

Bimanda, Im In Love Part II

Bimanda Goes To Bandung BMBC

Maret 2013

Kami masih terpaku di depan secretariat pasca menerima kenyataan tak menyenangkan di pengumuman pemenang lomba Kampoeng Niaga. Masih ada serut-serut hati yang tak rela. Barangkali karena kesombongan yang sudah menjajah otak kami. Merasa hebat, dan tak pantas kalah. Yah, arogansi yang membuat kami merasa tak berdaya ketika kami tak meraih kemenangan berarti di kompetisi itu.

“Ini pelajaran berharga, kita akan menjadikan ini pijakan untuk prestasi yang lebih baik. Setuju?”

Satu suara memecah kebekuan. Dan untungnya, kami mulai tersadarkan. Ini cara Tuhan memberi tahu kalau kami terlalu sombong.

“Bulan 10 nanti ada kejuaraan di Bandung. Gimana, ikut kita?” terdengar lagi, masih suara yang sama.
Aku dapat merasakan riuh semangat menggema kembali. Nyaris seluruh anggota bersorak mengiyakan. Sementara kami, beberapa alumni perempuan yang duduk di satu pojok hanya saling melempar pandang. Meski sudah dihujani pertanyaan kesediaan, tetap saja tak bisa memutuskan. 

Pun aku. Ingin, tapi tetap tak mampu berujar ‘ya.’

September  2013
 Galau

Setelah pertimbangan panjang, akhirnya kami --beberapa alumni perempuan tadi, memutuskan untuk ikut serta. Tapi, lagi-lagi, hati dihampiri ragu.

Tidak akan dikatakan hati itu qulub, jika ia tak senantiasa berbolak- balik. Barangkali dari 100 % anggota yang kemarin berseru lantang setuju untuk mengikuti kejuaraan di Bandung, sekitar 30% yang sedang gundah, terjangkiti virus ‘berangkat tidak ya?’ atau ‘aku mau berangkat, tapi gak punya uang’ atau mungkin lagi, ‘aku pingin kali berangkat, tapi ayah sama ibuku gak ngasi izin.’

Yah, fase itu memang bener-bener bikin galau. Ada yang harus gak masuk sekolah selama 10 hari, harus cuti kerja selama 10 hari, harus bolos kuliah, padahal baru aja resmi menyandang gelar sebagai mahasiswa. Dan dampaknya, semangat latihan menurun.

Makanya, aku salut sama 70% yang lain. Mereka tetap teguh latihan keras. Tetap optimis untuk bisa berangkat, meski aku yakin di benak mereka pun  terkubur banyak pertimbangan. Mereka menepikan pandangan sebelah mata dari orang-orang yang tak percaya akan kualitas mereka. Mereka tetap keukuh untuk berangkat, untuk melukiskan sejarah baru di organisasi ini. Untuk menjadi cermin bagi pejuang-pejuang baru nanti.

22 Oktober 2013
“Welcome to Husein Sastranegara Airport”

“Kita di Bandung… Kita udah nyampe di Bandung,” tawa bahagia menyeruak begitu kaki menjejak di tanah.

“Kita akan mengukir sejarah baru bagi Bimanda. Kita akan bawa namanya melesat di kancah nasional!”

“Kita bisa, Bimanda bisa!!”

Ternyata mimpi dan keinginan yang kuat berhasil membawa kami kesana, ke kota kembang.   Yah, fase galau kemarin tak begitu kuat untuk melumpuhkan niat kami. Sekarang kami disini, menjejak di kota orang untuk satu hal : melukiskan sejarah!

Dengan semangat menggebu, kami menikmati hari-hari dengan berlatih keras, melawan perubahan cuaca yang siap membuat kami jatuh sakit kapan saja.

Selanjutnya, perjuangan ini akan semakin berat. Tapi aku yakin, di kepala kami sudah terpancak tajam kata-kata Imam Syafii, ‘berlelah-lelahlah, manisnya perjuangan akan terasa setelah lelah berjuang.’

Dan yah, kami menikmati proses  ini. Tak ada waktu yang boleh terlewat dengan percuma.

“Ingat tujuan awal kita kesini ngapain. Kita bukan jalan-jalan! Ingat, kita punya target, dan kita harus capai target itu!”

Kalimat itu turut ambil bagian buatku meluruskan niat. Jujur saja, kemarin, aku sempat berpikir untuk mencuri waktu buat keliling kota Bandug. Tapi nyatanya, justru dalam doa, aku menyisipkan kalimat, “Ya Rabb, luruskan niat kami.”

27 - 28 Oktober 2013
The War Has Begin

Belajarlah untuk lebih mementingkan proses dari pada hasil. Jika proses itu berjalan dengan baik, hasilnya tak mungkin buruk. Tapi jika proses itu buruk, dan hasilnya baik, berhati-hatilah. Barangkali Tuhan sedang menguji.

Semua proses sudah kita lalui dengan maksimal, dengan segala upaya yang kita punya. Para pelatih sudah mengerahkan seluruh kemapuan, player sudah berjibaku dengan peluh, berharap memberikan hasil optimal. Dan doa sudah kita panjatkan bersama. Ya, setelah semua itu yang kita butuhkan hanya satu : berserah diri, bertawakkal, semoga Allah memberi hadiah yang pantas atas perjuangan kita.

Dan ya, piala bergilir Pemerintah Provinsi Jawa Barat kita kantongi. Membawa nama sekolah dan organisasi melesat di kancah nasional. Mimpi kita menyentuh kenyataan. Kita sudah mengukir sejarah!

Perjalanan ini akan menjadi kenangan terindah di hati kita, menjadi hal manis yang akan kita ingat sampai nanti. Semoga akan ada waktu untuk kembali mengulang sejarah, dengan hasil yang lebih baik, dengan tingkat kepuasan yang lebih nyata.

Semangat para pejuang Bimanda..!! :)